Populasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu,
- Populasi Finit yang jumlahnya diketahui dengan pasti.Misalnya jumlah mahasiswa Gunadarma
- Populasi Infinit yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti.Misalnya jumlah orang di dunia.
Nah, Sampel adalah contoh. Itu adalah penjelasan harafiah. Sampel adalah contoh atau sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Jadi jika tidak ada sampel, maka tidak ada populasi. Banyak penelitian yang membutuhkan sampel. Misalnya Penulisan Ilmiah yang sekarang kita lakukan. Atau misalnya saya, menganalisa harga saham dengan menggunakan teknik Price Earning Ratio (P/E Ratio). Dalam melakukan penelitian, saya tidak menghitung ulang seluruh harga saham, akan tetapi hanya mengambil sebagian kecil saham saja.
Alasan penggunaan sampel :
- Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
- Lebih cepat dan lebih mudah.
- Memberi informasi yang lebih banyak dan lebih dalam.
- Dapat ditangani lebih teliti.
Nah agar sampel dapat mewakili populasi tersebut, maka sampel tersebut harus valid. Agar suatu sampel dapat menjadi sampel yang baik, maka sampel tersebut harus memenuhi :
- Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan bias atau kekeliruan dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis.
- Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
Sampel harus akurat dan presisi, kalau begitu bagaimana caranya?
Pertama, tentukan berapa objek yang harus kita ambil untuk menjadi sampel agar akurat dan presisi. Masalah ukuran sampel ini telah diselesaikan oleh Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran(1992).
- Sebaiknya ukuran sampel diantara 30 s/d 500 elemen
- Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD/SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30.
- Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar(10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
- Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara10 s/d 20 elemen.
Kedua, tentukan metode pengambilan sampel. hal ini merupakan bagian terpenting. Ada berbagai macam cara untuk mengambil sampel. Secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis cara untuk mengambil sampel, yaitu,
- Probability Sampling (Random Sample)
- Non Probability Sampling (Non Random Sample)
Probability Sampling
Adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk diambil sebagai sampel.Probability Sampling dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini.
3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.
4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.
5. Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut:
- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.
- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel tidak secara random.Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street).
2. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
- Judgment Sampling yang berarti sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.
- Quota Sampling yang berarti teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
3. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
Penutup
Jadi populasi dan sampel sangat berguna untuk penelitian. Dalam melakukan suatu penelitian, umumnya kita hanya memiliki biaya,waktu dan sumber daya yang terbatas. Karena itu kita tidak dapat meneliti semua anggota dari populasi, jadi untuk melakuakn penelitian tersebut kita dapat menggunakan sampel. Dalam hal ini kita perlu lebih dahulu menetapkan sifat dari populasi, apakah homogen atau heterogen. Kemudian kita dapat mengambil sampel dengan salah satu cara tersebut di atas sesuai dengan tujuan penelitian.
Sumber :
peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../Teknik+Sampling.pdf
Nasution, Rozaini,2003, Teknik Sampling, Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar